KumpulanPuisi Korrie Layun Rampan - Assalamu'alaikum selamat pagi, selamat berjumpa lagi dengan blog MJ Brigaseli. Pada kesempatan di pagi ini saya akan mencoba berbagi tentang kumpulan puisi Korrie Layun Rampan. Langsung saja ya. Korrie Layun Rampan (lahir di Samarinda, Kalimantan Timur, 17 Agustus 1953 - meninggal 19 November 2015
Hidupitu bererti kerja, kata beliau. Walaupun sinopsis cerita ini barangkali pendek ( Awang Cik Teh mahu tutuh Srengenge, Imam Hamad bersetuju akhirnya setelah kematian denak, Imam Hamad jatuh sakit, panggil Useng berubat, menjamu, dan akhirnya Imam maninggal dunia), tetapi kejelasan dalam penceritaan bukanlah suatu yang calang-calang.
MeutiaSwarna Maharani, biasa disapa Ara, lahir di Jakarta pada 6 September 2001. Sekarang bersekolah di SMA Negeri 1 Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Sudah menerbitkan sebuah buku kumpulan cerpan anak pada tahun 2011 berjudul Melukis Pelangi dan sebuah novel berjudul Langkah Kecil di tahun 2017.
SEORANGPENGGUNA TELAH BERTANYA š Kaidah kebahasaan teks cerpen matahari tak terbit pagi ini INI JAWABAN TERBAIK š Jawaban yang benar diberikan: Alimuhtayom2791 1. Banyak menggunakan dialog 2.Banyak menggunakan kata yg menunjukkan urutan waktu ( konjungsi ) 3.Banyak menggunakan kata kerja yg menunjukkan sesuatu terjadi Jawaban yang benar diberikan: hanispuspita13 Artinya dunia sudah
Vay Nhanh Fast Money. Matahari Tak Terbit Pagi Ini PERNAHKAH kau merasakan sesuatu yang biasa hadir mengisi hari-harimu, tiba-tiba lenyap begitu saja. Hari-harimu pasti berubah jadi pucat pasi tanpa gairah. Saat kau hendak mengembalikan sesuatu yang hilang itu dengan sekuat daya, namun tak kunjung tergapai. Kau pasti jadi kecewa seraya menengadahkan tangan penuh harap lewat kalimat doa yang tak putus-putusnya. Seperti hari ini, matahari tak terbit sama sekali. Bukankah kau jadi kehilangan kehangatan karena tak ada helai-helai sinar ultraviolet yang membuat senyumnya begitu ranum selama ini. Matahari bagimu tentu tak sekadar benda langit yang memburaikan kemilau cahaya tetapi selama ini sudah menjadi sebuah peristiwa yang menyatu dengan ragamu. Bayangkanlah bila matahari tak terbit lagi. Tidak hanya kau tapi jutaan orang kebingungan dan menebar tanya sambil merangkak hati-hati mencari liang langit, tempat matahari menyembul secara perkasa dan penuh cahaya. Kaulah matahari itu, bidadariku. Berhari-hari kau merekat kasih hingga tak terkoyak oleh waktu, tiba-tiba kita harus berpencar di bawah langit menuju sudut-sudut yang kosong. Kekosongan itu kita bawa melewati jejalan kesedihan. Kita harus terpisah jauh menjalani kodrat diri yang termaktub di singgasana luhl mahfudz. Semula kita begitu dekat. Lantas terpisah jauh dipisahkan lempengan waktu. Kita mengisi halaman-halaman kosong kehidupan kita dengan denyut nadi. Sesudahnya, kita bertemu bagai angin mengecup pucuk-pucuk daun dan berlalu begitu mudah. Dan..kita pun bertemu lagi kemudian dengan perasaan yang asing hingga kita begitu sulit memahami siapa diri kita sebenarnya. Tapi, kau memang telah menjadi dirimu sejak lama. Aku pun. Di ruang kosong yang semula dipenuhi pernik cahaya matahari, kita bertatap muka penuh gairah. Di penjuru ruang kosong itu bergantungan bola-bola rindu penuh warna dan aroma. Bola-bola itu bergesekan satu dengan lain mengalirkan irama-irama lembut Beethoven atau Papavarotti. Irama itu menyayat-nyayat hati kita hingga mengukir potongan sejarah baru. Bagaikan sepasang angsa putih yang menari-nari di bawah gemerlapan cahaya langit, sejarah itu terus ditulisi berkepanjangan. Lewat ratusan kitab, laksa aksara. Namun, setiap perjalanan pasti ada ujungnya. Setiap pelayaran ada pelabuhan singgahnya. Setiap cuaca benderang niscaya ditingkahi temaram bahkan kegelapan. Matahari memang tak terbit pagi ini. Siapa pun di sini terpercik kegelapan. Andai kau juga ada di sini, akan menyerahkah untuk kalah? Aku tak. Seperti langkah Sang Sapurba yang turun dari Bukit Seguntang dulu hingga menyemai akar-akar Melayu di antara pertembungan Riau-Johor-Tumasik hingga Malaka, Siak atau Pekantua. Hingga juga ke hamparan pulau-pulau yang terkepung di Selat Melaka. Ya, tanah leluhurmu dan kampung halaman mu pula. Andai sejarah boleh terus diperpanjang membawa mitos dan legendanya, maka dirimu boleh jadi termaktub dan pohon ranji sejarah itu. Boleh jadi, kau akan tampil sebagai permaisuri atau pun Tuanku Putri yang molek. Mungkin, berada di bawah bayang-bayang Engku Putri Hamidah, Puan Bulang Cahaya atau pun siapa saja yang pernah mengusung regalia kerajaan yang membesarkan marwah perempuan. Aku tiba-tiba jadi kehilangan sesuatu yang begitu akrab di antara kutub-kutub kosong itu. Kusebut saja, kutub rindu. Aku tak mungkin menuangkan tumpukan warna di kanvas yang penuh garis dan kata-kata sebab lukisan agung ini tak kunjung selesai. Masih diperlukan banyak sentuhan kuas dan cairan cat warna-warni hingga lukisan ini mendekati sempurna. Kita telah menggoreskan kain kanvas kosong itu sejak mula hingga waktu jeda yang tanpa batas. Masih ingatkah kau bagaimana langit-langit kamar itu penuh getar dan kabar. Tiap pintu dan tingkap dipenuhi ikrar kita. Dan bola lampu temaram memburaikan janji-janji. Sebuah percintaan agung sedang dipentaskan di bawah arahan sutradara semesta. Kau membilang percik air yang berjatuhan di danau kecil di sudut pekarangan jiwa dalam kecup dan harum mawar. Bahkan, tubuh kita terguyuri embun yang terbang menembus kisi-kisi tingkap hingga jadi begitu dingin. Malam-malam penuh mimpi dan keceriaan bagaikan sepasang angsa yang mengibas-ngibaskan bulu-bulu beningnya. Kau redupkan cahaya lampu di tiap penjuru hingga sejarah dapat dituliskan secara khidmat dan penuh makna. Kau menatap langit-langit kamar sambil membisikkan untaian puisi yang kau tulis dengan desah napasmu. Kita merecup semua getar irama percintaan itu tiada batas. Malam itu siapa pun tak butuh matahari. Sebab, ada bulan yang bersaksi. Kita hanya butuh setitik cahaya guna penentu arah belaka. Selebihnya sunyi menyebat kita dan tiupan angin yang melompat lewat kisi-kisi jendela yang agak terdedah. Dengan apakah kulukiskan pertemuan kita,Kekasih? Chairil sempat bertanya seketika. Ah, tak cukup kata memberi makna, katamu. Dan isyarat sepasang angsa yang saling menggosokkan paruh-paruhnya. Bagaikan peladang kita pun sudah pula bertanam dan menebar benih. Kelak, katamu, akan ada buah yang bakal dipetik sebagai kebulatan hati yang begitu mudah terjadi tanpa paksa dan janji. Dan kita pun terus saja bertanam agar daun-daun yang bertumbuh kelak dapat menangkap fotosintesa matahari. Di tiap helai daun itu bermunculan nama kita sebagai sebuah keabadian. Andai matahari tak terbit lagi saat pagi merona, kita masih menyimpan sedikit cahaya di helai-helai daun yang berguncang dihembus angin sepanjang hari. Sungguh, matahari tak terbit pagi ini. Bagai aku kehilangan dirimu yang berhari-hari menangkap cahaya hingga memekarkan kelopak bunga di jiwa. Percintaan ini penuh wangi dan warna. Penuh hijau daun dan kupu-kupu yang menyemai spora di mahkota bunga. Begitulah saat kau berada jauh kembali ke garis hidupmu, aku begitu ternganga sebab cahaya tak ada. Memang, tak pernah matahari tak terbit memeluk bumi. Tapi, bagi kita, kala berada jauh, keadaan begitu gelap dan sunyi tiba-tiba. Kita merasa begitu kehilangan. Kita merasa ada yang terenggut tanpa sengaja. Serasa ada yang tercerabut dari akar yang semula menghunjam jauh di tanah. Kita bagaikan orang tak punya pilihan saat berada di persimpangan tak bertanda. Syukurlah, kita tak pernah kehilangan arah tempat bertuju di perjalanan berikutnya. Hidup ini penuh gurindam dan bidal Melayu yang memagari ruang dan langkah kita menuju titik terjauh yang harus dilompati. Kata-kata yang berdesakan di bait puisi dan lirik lagu menebar wangi hari-hari. ā¦ā¦ā¦ā¦ takkan kutemui wanita seperti dirimu takkan kudapatkan rasa cinta ini kubayangkan bila engkau datang kupeluk bahagia kan daku kuserahkan seluruh hidupku menjadi penjaga hatiku Suara Ari Lasso lewat Penjaga Hati itu mengalir pelan-pelan dari tembok-tembok kegelapan yang mengepungku. Benar kata emak dulu, kita akan tahu akan makna sesuatu ketika ia telah berlalu. Apalagi berada jauh yang tak tersentuh. Matahari tak terbit pagi ini. Begitulah kita merasakan saat diri kita berada di kutub yang berjauhan. Diperlukan garis waktu untuk mempertemukan kedua tebing kutub itu. Atau, kita harus kuat merenangi laut salju yang kental atau menyelam di bawah bongkahan es yang dingin menyengat tubuh. Begitu diperlukan segala daya untuk menemukan sesuatu yang lenyap begitu cepat saat diri memerlukan setitik cahaya. Apa perasaanmu kini? Kau telan kesendirian itu di kejauhan sambil berharap matahari akan bercahaya segera menerangi kisi-kisi hati yang tersaput luka rindu kita. Andai kita bisa menolak gumpal awan dan menyeruakkan matahari kembali, begitulah takdir yang hendak kita bentangkan di kitab sejarah sepanjang masa. Tapi, kita akan cepat lelah. Menyeruakkan awan untuk menyembulkan garang matahari bukanlah hal yang mudah. Kita butuh sejuta tangan dan cakar untuk menaklukkan segenap awan dan matahari itu. Kau ingat kan, kisah Qays dan Laila atau Romeo dan Juliet yang memburaikan banyak kenangan bagi jutaan orang. Kau pun ada dalam bagian kisah yang tak pernah lekang di panas dan lapuk di hujan itu. Selalu ada manik-manik kasih mengalir di samudera kehidupan yang maha-luas ini. Meski kadangkala suaramu tersekat melempar tanya kala anugerah kasih ini terbit di ujung usia. Tak bolehkah kita mereguk kebahagiaan di sisa waktu yang masih tersedia meski semua jalan yang terbuka di depan bagai tak berujung jua. āAku takut bila aku berubahā¦Tapi, tak akan pernah, pangerankuā ucapmu pelan. 3600 detik/ 7 hari/ 365 hariā¦garis panjang waktu itu mendedahkan kemungkinan-kemungkinan yang sulit diraba. Banyak ancaman yang siap mengepung kita hingga merobek tabir setia. Ya, kesetiaan tak kasat-mata. Hanya ada di bilik hati. Ingin aku menjenguk bilik hatimu setiap saat, tapi tak bisa. Pintu hati itu tak setiap waktu bisa terbuka. Andai kau bangun esok pagi, nantikan selalu matahari akan terbit seperti janji yang diucapkannya pada semesta. Di helai cahaya matahari itu selalu ada kehangatan yang meresap di keping-keping jiwamu. Aku pun.*** Pekanbaru-Jakarta, 071007
74% found this document useful 65 votes138K views9 pagesOriginal TitleAnalisis cerpen Matahari Tak Terbit Pagi Ini XI MIPA 1.pptxCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsPPTX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?74% found this document useful 65 votes138K views9 pagesAnalisis Cerpen Matahari Tak Terbit Pagi Ini XI MIPA 1Original TitleAnalisis cerpen Matahari Tak Terbit Pagi Ini XI MIPA 1.pptxJump to Page You are on page 1of 9 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 8 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Cerpen Matahari Tak Terbit Pagi Ini. Cerpen āmatahari tak terbit pagi ini karya fakhrunnas ma. Gaya bahasa dalam cerpen ini sulit di pahami karna banyak menggunakan kata puitis yang susah untuk di pahami. Unsur Intrinsik Cerpen Matahari Tak Terbit Pagi Ini from Ketiadaanya dapat menyebabkan hidup menjadi sunyi, tidak indah dan serasa tidak bermakna lagi. Tugas bahasa indonesiacerpen matahari tak terbit pagi ini karya fakhrunnas ma jabbardzahrida 14 xi mipa 1 Cerpen matahari tak terbit pagi karya. Cerpen āMatahari Tak Terbit Pagi Iniā, Fakhrunnas Pasti Jadi Kecewa Tak Terbit Pagi Rasakan Begitu Sulit Untuk Menghadirkannya Kembali, Bahkan Sesuatu Yang Sangat Tidak Penjelasan, Ciri Dan Contoh. Cerpen āMatahari Tak Terbit Pagi Iniā, Fakhrunnas Nilai nilai kehidupan dari cerpen āmatahari tak terbit pagi iniā antara lain Cerpen āmatahari tak terbit pagiā. Contoh cerpen yakni cerpen matahari tak terbit pagi ini karya fakhrunnas ma dari jawa barat. Kau Pasti Jadi Kecewa Seraya. Saat kau hendak mengembalikan sesuatu yang hilang itu dengan sekuat daya, namun tak kunjung tergapai. Amanat cerpen matahari tak terbit pagi ini berisi tentang betapa berartinya seorang yang dikasihi dalam sebuah kehidupan. Kita rasakan begitu sulit untuk menghadirkannya kembali, bahkan sesuatu yang sangat tidak mungkin. Matahari Tak Terbit Pagi Ini. Diposting oleh unknown di 0630. Gaya bahasa dalam cerpen ini sulit di pahami karna banyak menggunakan kata puitis yang susah untuk di pahami. Sehingga pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa semangat yang menggelora di dalam dada. Kita Rasakan Begitu Sulit Untuk Menghadirkannya Kembali, Bahkan Sesuatu Yang Sangat Tidak Mungkin. Pengertian cerpen cerpen ialah sebuah singkatan dari cerita pendek. Pada kesempatan kali ini akan membuat artikel mengenai majas metafora Video kali ini berisi contoh teks cerpen tentang matahari tak terbit pagi ini. Pengertian, Penjelasan, Ciri Dan Contoh. Jika matahari tak terbit lagi cerpen karangan Sungguh matahari tak terbit pagi ini. Berikut analisasi unsur intrinsik dan ekstrinsik unsur cerpen āmatahari tak terbit pagi iniā a.
Cerpen berjudul Matahari Tak Terbit Pagi IniMatahari Tak Terbit Pagi IniOleh Fakhrunnas MA JabbarOrientasi Pernahkah kau merasakan sesuatu yang biasa hadir mengisi hari-harimu, tiba-tiba lenyap begitusaja. Hari-harimu pasti berubah jadi pucat pasi tanpa gairah. Saat kau hendak mengembalikansesuatu yang hilang itu dengan sekuat daya, namun tak kunjung tergapai. Kau pasti jadi kecewaseraya menengadahkan tangan penuh harap lewat kalimat doa yang tak kau jadi kehilangan kehangatan karena tak ada helai-helai sinar ultraviolet yangmembuat senyumnya begitu ranum selama ini. Matahari bagimu tentu tak sekadar benda langityang memburaikan kemilau cahaya, tetapi sudah menjadi sebuah peristiwa yang menyatu denganragamu. Bayangkanlah bila matahari tak terbit lagi. Tidak hanya kau tapi jutaan orangkebingungan dan menebar tanya sambil merangkak hati-hati mencari liang langit, tempatmatahari menyembul secara perkasa dan penuh matahari itu, bidadariku. Berhari-hari kau merekat kasih hingga tak terkoyak oleh waktu,tiba-tiba kita harus berpencar di bawah langit menuju sudut-sudut yang kosong. Kekosongan itukita bawa melewati jejalan kesedihan. Kita harus terpisah jauh menjalani kodrat diri yangtermaktub di singgasana luhl mahfudz . Semula kita begitu dekat. Lantas terpisah jauh olehlempengan mengisi halaman-halaman kosong kehidupan kita dengan denyut nadi. Sesudahnya, kita bertemu bagai angin mengecup pucuk-pucuk daun dan berlalu begitu mudah. Dan kita pun bertemu lagi dengan perasaan yang asing hingga kita begitu sulit memahami siapa diri ruang kosong yang semula dipenuhi pernik cahaya matahari, kita bertatap muka penuh penjuru ruang kosong itu bergantungan bola-bola rindu penuh warna dan aroma. Bola-bola itu bergesekan satu dengan lain mengalirkan irama-irama lembut Beethoven atau Papavarotti. Iramaitu menyayat-nyayat hati kita hingga mengukir potongan sejarah baru. Bagaikan sepasang angsa putih yang menari-nari di bawah gemerlapan cahaya langit, sejarah itu terus ditulisi berkepanjangan. Lewat ratusan kitab, laksa aksara. Namun, setiap perjalanan pasti ada pelayaran ada pelabuhan singgahnya. Setiap cuaca benderang niscaya ditingkahi temaram bahkan sejarah boleh terus diperpanjang membawa mitos dan legendanya, maka dirimu boleh jaditermaktub pada pohon ranji sejarah itu. Boleh jadi, kau akan tampil sebagai permaisuri ataupunTuanku Putri yang molek. Mungkin, berada di bawah bayang-bayang Engku Putri Hamidah,Puan Bulang Cahaya atau pun siapa saja yang pernah mengusung regalia kerajaan yangmembesarkan marwah perempuan.
sinopsis cerpen matahari tak terbit pagi ini